Sudah lama gw ingin menulis ini, semata-mata demi melatih diri gw untuk gak menjadi orang yang sangat tertutup. Mungkin gw bisa nyambung berbicara dengan siapapun orang itu; tapi yang gw percaya kemampuan gw itu hanya sebagai basa-basi, kosong, tidak ada sesuatu yang penting dari yang gw bicarakan. Entah kenapa gw sangat tertutup tentang diri gw. Gw hanya ingin orang melihat kalau apapun keadaan gw, apapun yang gw rasakan, gw akan berusaha untuk jadi orang dengan prinsip ‘talk less do more’ dan tetap akan selalu berusaha untuk ramah dengan siapapun. Gw gak ingin mereka tahu tentang hidup gw. Tapi disini gw akan mencoba belajar membuka diri gw. Gw ingin belajar, karena gw percaya gw gak akan bisa menghadapi dunia ini sendiri. Secara langsung/tidak langsung gw ingin meyakini kalau diri gw membutuhkan LO. Yaa LO yang sedang membaca ini. OK SEE, THIS IS WHO I AM….
_____________________________________________________________________________________
MASA ANAK-ANAK DAN ARTI KEDEWASAAN
Mungkin gw merupakan orang yang mengalami tingkat kedewasaan lebih dahulu dibanding anak-anak sebaya gw.
Di masa TK saat teman-teman gw di damping orang tua mereka, gw sudah bisa memaklumi bahwa orang tua gw sangat sibuk demi mengubah status keluarga kami yang saat itu adalah “miskin harta”.Nanta yang saat itu berumur 4 tahun dengan ajaib memberanikan diri naik angkot sendiri tanpa rasa malu/takut karena tidak didampingi orang tua. Saat mereka memiliki bekal makanan yang dihias dengan begitu indah, gw memaklumi orang tua gw sangat sibuk. Gw isi bekal makanan gw setiap pagi dengan nasi uduk yang gw beli disamping TK, itu semua demi bisa berkata “Lihat teman, aku juga punya bekal qo “. Saat mereka bertanya “Apa kamu gak bosan makan nasi uduk setiap sehari?”. Dengan yakin gw menjawab “Ini makanan favoritku qo, jadi aku gak pernah bosan”. Di umur itu gw sudah belajar berbohong demi meyakinkan&menghindari ejekan teman-teman gw.
Di masa SD saat teman-teman gw masih bergelut dengan kepolosan & keluguan yang mereka miliki, sebaliknya gw sudah memasuki masa puber. Majalah porno, blue film, dan hal sejenisnya sudah gw konsumsi diumur yang masih sangat belia itu (astaghfirullah banyak sekali dosa ku ya Allah!). Gw benar-benar sudah puber di waktu itu!
Di masa SMP saat teman-teman gw baru memasuki masa puber, sebaliknya gw sudah gak terlalu tertarik dengan hal berbau puberitas. Gw memasuki masa dimana “Lihat ini diri gw yang super hebat”. Kekuatan sebagai pria menguasai sekolah dan wilayah daerah sekolah gw; menganggap kemenangan adalah segala-galanya, memenangkan berbagai kejuaraan sepakbola dengan segala cara; dan masih banyak “sisi yakuza” gw sebagai pria; 1 yang gak akan gw lupakan pada masa SMP ini adalah sebagai pria gw sudah bisa menjalin hubungan asmara terindah, hubungan yang saling mengerti, dan hubungan dengan tingkat kedewasaan yang tinggi bersama kekasih gw dan sebaliknya teman-teman gw masih bergelut dengan hubungan “yang penting status kali”. (ini hal yang gw banggakan kepada diri gw sendiri, ‘dia’ pacar terindah gw sejauh ini,smoga kelak gw bisa menemukan yang lebih baik darinya).
Setelah melalui “masa gelap” di SMP, gw sangat bersyukur Allah memberikan hidayahNya (ini adalah anugerah TERINDAH DI DALAM HIDUP GW). Entah bagaimana caranya seorang nanta yang hampir gak pernah ke mesjid, jarang solat jumat dan sekalinya solat jumat malah lebih sering ngobrol dan ngusilin teman-teman gw (ampuuuuuun ya Allah T.T)…tiba-tiba dia bisa melihat ke arah mesjid, kemudian mengambil air wudhu, menunaikan 2 rakaat solat dhuha, dan di moment itu dia menemukan ketenangan yang luar biasa yang tidak mungkin bisa dijelaskan dengan kata-kata.
Di masa SMA saat teman-teman mulai memasuki masa-masa “Lihat ini diri gw yang hebat lho!”, sebaliknya gw sudah mulai tidak menonjolkan diri gw. Di saat teman-teman gw memulai kisah asmara mereka yang indah dan menunjukannya, gak ada wanita yang bisa gw tunjukan. Di saat teman-teman gw berlomba-lomba menunjukan kemampuannya di bidang olahraga, musik, pelajaran, dll gw lebih memilih menunjukan seperlunya. Gw gak akan main bola/basket di jam istirahat meskipun saat itu ada banyak cewe-cewe “top class” di dekat lapangan,gw gak akan main! Gw hanya bermain saat waktu ekskul. Gw gak mau memainkain gitar demi diakui kemampuan gw oleh teman-teman atau sekedar dilirik cewe. Ok gw akan main saat mereka ingin dihibur, tapi gw akan total 100% saat ada di dalam studio. Gw percaya kualitas itu tidak perlu dibicarakan, cukup gw buktikan. Dan gw bersyukur gw gak salah meyakini ini. Meskipun gw jarang main bola di sekolah, tapi selama 3 tahun gw bisa menjadi kiper utama sekolah, bahkan terkadang gw cuma satu-satunya anak kelas 1, sementara yang lain kebanyakan diisi oleh anak kelas 2 & kelas 3. Band kami (bukan band gw!) juga sering mengisi acara perpisahan sekolah, pensi, dll. Kenapa gw bisa? Karena gw sudah tidak seperti di waktu SMP yang notabene menganut “prinsip yakuza” demi dilirik dan diakui hebat. Kali ini gw bermain bola serta volley dan membunyikan music gw dengan HATI, bukan untuk memamerkan siapa gw atau untuk dilirik wanita (sekali-sekali siy pingin dilirik cewe,tapi dari 100 alasan mungkin itu alasan ke 99,he2).
Anyway banyak orang bilang menjadi cepat dewasa itu hal yang baik, tapi itu tidak sepenuhnya benar. Gw sering mengalami ketidakcocokan dengan teman-teman gw (dalam artian gw gak bisa masuk ke dunia & pembicaraan mereka). Mungkin teman-teman SMP gw berteman dengan gw karena mereka takut dengan kekuasaan gw, bukan karena ingin berteman. Di SMA gw cuma punya beberapa teman yang itu-itu aja (teman band & teman di team bola) . Saat jam istirahat gw meluangkan sejenak ke mesjid, kemudian gw lebih sering makan sendiri, ke kantin sendiri, dan segera kembali ke kelas mendengarkan music dan TIDUR(ha2). Intinya adalah gw lebih menghabiskan waktu sendiri. Bukannya gw ingin seperti itu. Tapi disaat teman-teman gw membicarakan “cewe-cewe gaoooolllll” sekolah,motor kebut-kebutan,rutinitas jalan ke mall/dugem, jujur itu bukan hal menarik buat gw. Ditambah yang paling parah adalah gw gak suka (alias ANTI) asap rokok, dan itu yang jelas-jelas membuat gw gak bisa masuk ke dunia mereka. Tapi Alhamdulillah meskipun gw gak punya banyak teman dekat, gw masih bisa menemukan teman-teman yang bisa saling bertukar pikiran dan saling terbuka bicara mengenai band, sepakbola, dan sedikit tentang agama.Meskipun mereka gak banyak dan hanya pertemenan sekilas gw tetap bersyukur bisa bertemu mereka. Tapi gw bukanlah cowo kuper. Sebaliknya teman-teman sering bertanya ke gw mengenai tempat-tempat hang out. Meskipun gw jarang hangout bersama teman itu bukan alasan untuk menjadi cowo kuper. Satu-satunya hal yang membuat gw gak menjadi cowo kuper adalah gw memang lebih memilih berpergian bersama keluarga,dibandingkan bersama teman-teman yang frekuensinya sangat jarang. Aku sangat berterima kasih kepada mama karena mengenalkan begitu banyak keindahan dunia, mengenalkan begitu banyak tempat, informasi, dan pengetahuan yang membuat gw menjadi pria yang mengetahui cukup banyak informasi.
Dan sekarangpun gw mendapati diri gw susah untuk masuk ke dunia teman-teman yang saat ini ada di sekitar gw.Jujur gw sudah mencoba, tapi gw anggap itu sebagai kelemahan gw. Entah kenapa justru gw bisa lebih ‘terhubung’ dan ‘tersambung’ dengan teman-teman yang umurnya jauh diatas gw. Gw mendengarkan para pria curhat tentang istri dan anak-anak mereka, dan sebaliknya gw juga sering bercerita dengan ibu-ibu yang mengeluhkan tentang suami mereka, kita bercerita tentang mimpi-mimpi sebagai pria, masa depan yang indah, saling tukar ilmu fitness dan resep,dll. Ya umur gw masih 21 tahun tapi entah kenapa gw bisa punya pikiran seperti pria berumur 25-30 tahunan.
-Jika ada yang bertanya padaku, “Apa kamu sudah dewasa?”.
Maka aku akan menjawab “Aku ingin kemurnian hatiku selalu seperti anak-anak,tidak menjadi tua…Dan aku ingin pikiranku selalu seperti orang tua yang menyayangi anaknya. -